Selasa, 31 Mei 2011

mendaki gung gede pangrango

mendaki gunug gede pangrango

Gunung Gede sangat cocok bagi para pemula untuk mencoba melakukan pendakian pertamanya. Treknya cukup moderat, tidak terlalu berat tetapi juga tidak terlalu ringan. Gunung Gede memiliki jalur yang berkarakter berbeda-beda dan lengkap. Kami melakukan pendakian agak memutar melalui Gunung Putri karena treknya jauh lebih ringan dibandingkan dengan melalui jalur Cibodas.

Peraturan Pendakian
• Melapor kepada petugas di pintu masuk dan di pintu keluar. Petugas akan memeriksa perlengkapan bawaan Anda dan SIMAKSI anda sebelum dan setelah pendakian.
• Dilarang membawa binatang dan tumbuhan dari luar kedalam kawasan TNGGP.
• Dilarang memberi makanan kepada satwa.
• Tidak diijinkan membuat api di dalam kawasan, kecuali pada lokasi yang sudah diijinkan.
• Dilarang merusak, memindahkan, mencoret-coret sarana dan prasarana di dalam kawasan.
• Dilarang memetik, memindahkan, dan mengambil tumbuhan dari dalam kawasan.
• Jangan berjalan di luar jalur / track utama yang sudah ditentukan.
• Jangan membuang dan meninggalkan sampah di dalam kawasan, bawa sampah Anda ketika turun dari gunung.
• Dilarang membawa shampo, sabun, odol dan bahan detergen lain yang dapat mencemari air tanah.
• Dilarang membawa radio, alat musik, minuman beralkohol, dan narkoba kedalam kawasan.
Bagi siapa saja yang ingin mendaki ke Gunung Gede dan Pangrango wajib untuk mendapatkan ijin SIMAKSI di Kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dengan melakukan booking sebelumnya. Lama maksimum pendakian adalah 2 hari 1 malam.
Untuk mengurangi dampak negatif kepada lingkungan dan agar pengalaman saat mendaki memuaskan, maka TNGGP menetapkan sistem kuota,yaitu 600 orang pendaki per hari melalui 3 pintu masuk dengan pembagian: Cibodas 300 orang, Gunung Putri 200 orang, dan Selabintana 100 orang.
Persyaratan:
1. Setiap pendaki harus menunjukkan SIMAKSI, dan SIMAKSI dapat diperoleh di Kantor Balai Besar TNGGP di Cibodas. Pengajuan SIMAKSI pendakian menggunakan sistem booking dengan batas waktu minimum pengajuan adalah 3 (tiga) hari dan maksimum 1 (satu) bulan sebelum tanggal pendakian.
Catatan: Turis Mancanegara disarankan untuk melakukan booking sebelumnya, namun dalam rangka meningkatkan kunjungan turis mancanegara dan menimbang waktu kunjungan wisman yang terbatas, maka wisman dapat memperoleh SIMAKSI di Kantor Balai Besar TNGGP pada hari saat ingin mendaki.

Paling tidak ada beberapa trek dengan karakter yang berbeda-beda dalam jalur pendakian Gunung Putri hingga puncak, yaitu:
• Trek tanah liat dan berbatu
Trek ini mengawali perjalanan mulai dari villa tempat kami bermalam di Gunung Putri. Jalur ini tanah liat biasa dengan kiri kanan adalah kebun sayur-sayuran. Setelah lepas dari kebun sayur, kami disambut jalur berbatu tajam. Pada waktu berangkat, jalur ini tidak terasa berat, tetapi pada waktu pulang, jalur ini sangat terasa menyakiti kaki.
• Trek Tangga Berundak-undak
Setelah menyeberangi sungai kecil, deretan tangga berundak yang cukup curam menyambut kami hingga gerbang taman nasional Gede Pangrango. Jalur ini waktu naik adalah yang paling ringan, tetapi pada waktu turun menjadi yang paling berat.
• Trek tanah dalam hutan
Jalur pendakian berikutnya berkarakter tanah liat dengan kemiringan sekitar 10 hingga 30 derajat dengan hutan lebat di kiri kanan. Hawanya sejuk. Pandangan terbatas karena kabut sering terjebak di situ. Banyak tempat licin — saya dua kali terpeleset dan hampir terperosok. Jalur ini berakhir di shelter bernama Buntut Lutung.
• Trek akar-akaran dengan kemiringan 40 derajat
Wajarlah kalau shelter ditempatkan di Buntut Lutung. Setelah Buntut Lutung karakter treknya bertambah berat dan panjang. Jalur dibuat di sela-sela akar-akar pohon yang sangat membantu pendakian. Suasana angker sangat kentara. Saya tak akan berani lewat jalur ini kalau sendirian saja. Porter saya, Mas Mahmud, bercerita kalau malam sebelumnya ada pendaki perempuan kesurupan karena membuang pembalut wanita sembarangan di sini. Jalur ini berakhir di shelter bernama Simpang Maleber.
• Trek akar-akaran dengan kemiringan 60 derajat
Jalur setelah Simpang Maleber adalah jalur yang paling berat waktu naik ke atas. Jalur yang menguras tenaga, nafas, sekaligus persediaan air minum. Sebagian besar jalur ini dilalui dengan merangkak dan memanjat melalui akar-akar di kanan kiri. Siapa yang takabur di trek-trek sebelumnya akan dibuat takluk di trek ini.
• Lepas dari trek Simpang Maleber, kami disambut padang ilalang yang dihiasi bunga Edelweiss (Anaphalis javanica) yang sangat luas. Sejatinya, tempat ini adalah kaldera kuno dari Gunung Gede. Pada salah satu letusan dahsyatnya, kaldera ini tertutup letusannya sendiri. Sedangkan kawah barunya terbentuk di Puncak Gede hingga sekarang.
• Di sini kami bermalam di tenda untuk istirahat. Karena daerah ini adalah lembah yang diapit dua puncak (puncak Gede dan puncak Gumuruh), suhu di malam hari sangat dingin dan jatuh hingga 3 derajat Celcius. Bagi orang yang terbiasa di suhu 20-an derajat seperti saya, suhu seperti ini adalah sensasi yang luar biasa. Udara terasa begitu menggigit menembus lapisan sleeping bag, raincoat, jaket parasit, sweater, dan kaos oblong yang saya kenakan.
• Summit Attack
• Pagi hari selepas selepas Subuh, kami meneruskan pendakian ke puncak Gede mengejar sunrise. Ah, saya kurang beruntung karena tidak mendapatkan momment tersebut. Tidak mengapa. Toh saya masih mendapatkan beberapa foto yang cukup lumayan di puncak. Masih untung saya tidak kehabisan napas di puncak dan masih bisa turun dengan selamat sampai villa Gunung Putri dan akhirnya kembali ke Jakarta. Terima kasih Tuhan, terima kasih VCAT, terima kasih panitia, terima kasih Cukris, Choirul, Mas Ferdy, Mas Puntadi, kang Bedjo, Mas Aby, dan semuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar